Equityworld Futures Semarang - Harga beli emas Antam kembali mendekati sejuta. Sebelumnya, harga emas Antam mampu mencapai Rp 1.047.000 per gram pada 3 Agustus 2020 saat pandemi Covid-19 berkecamuk. Kemudian pada awal tahun ini, harga emas Antam kembali ke sejuta karena eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Apakah emas kemudian bisa kembali ke sejuta lagi atau bahkan memecahkan rekor tertinggi? Emas adalah aset safe haven yang telah lama menjadi pilihan saat ekonomi dalam keadaan tidak stabil. Safe haven adalah aset yang diharapkan dapat mempertahankan nilainya atau meningkat walaupun pasar bergejolak atau tidak stabil. Aset safe haven dicari oleh investor karena ingin menghindari kerugian. Ketidakpastian dalam ekonomi atau politik dapat menyebabkan pasar lebih fluktuatif membuat emas juga akan diburu oleh investor. Sebab harganya yang stabil dan tidak terdepresiasi seperti nilai uang. Inilah kenapa emas banyak dijadikan sebagai lindung nilai (hedging). Tak hanya oleh orang tua atau nenek moyang kita, emas dipilih sebagai hedging juga kerap dilakukan oleh hedge fund yang notabene adalah big money di pasar global. Bank sentral di dunia pun juga menyimpan emas. Risiko emas cenderung kecil karena tingkat volatilitasnya yang tidak besar. Tingkat inflasi yang tinggi juga membuat emas makin laku. Saat inflasi meningkat, nilai uang menjadi tergerus, membuat emas dipilih oleh investor untuk melindungi nilai asetnya. Sebab, jumlah emas relatif terbatas karena jumlahnya tidak bisa bertambah dengan cepat sehingga harganya akan terus menguat, meski fluktuatif dalam gerak harian. Konflik berkepanjangan Rusia dan Ukraina membuat inflasi memanas akibat harga energi yang melonjak. Di sisi lain, harga energi yang tinggi membuat industri dan rumah tangga tertekan. Pabrik-pabrik akan mengurangi kapasitas bahkan menutup produksi karena beban listrik yang mahal. Artinya akan banyak pengangguran yang tidak memiliki penghasilan. Sehingga ekonomi terancam tak bertumbuh. Bank dunia dalam laporannya memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 4,1% pada tahun 2022, melambat dari tahun 2021 sebesar 5,7%. Sementara IMF memprediksi ekonomi dunia akan melambat ke 4,4% tahun 2022. Lain lagi dengan Wood Mackenzie, lembaga analitik global, memprediksi ekonomi dunia akan melambat 2,5% tahun ini. Salah satu sinyal ekonomi dunia dalam bahaya adalah imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) kembali mengalami inversi. Kondisi ini terjadi saat yield obligasi (Treasury) tenor pendek lebih tinggi dari tenor jangka panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi jangka pendek akan lebih rendah dari jangka panjang. Tetapi jika investor melihat dalam jangka pendek perekonomian akan memburuk bahkan mengalami resesi, maka premi risiko yang diminta akan lebih tinggi. Hal tersebut membuat yield obligasi jangka pendek menanjak hingga lebih tinggi dari tenor jangka panjang, yang disebut sebagai inversi. Menurut MUFG Securities, di tahun 2019 inversi terjadi 163 hari sebelum resesi tahun 2020. Sementara saat Amerika Serikat mengalami resesi antara 2007 -2009 inversi terjadi 571 hari sebelumnya, dan resesi di tahun 2001 inversi terjadi 422 hari sebelumnya. Kemungkinan kembali terjadinya resesi juga diungkapkan Triliuner Carl Icahn. "Saya pikir kemungkinan terjadinya resesi sangat besar, bahkan bisa lebih buruk lagi," kata Icahn, dalam acara "Closing Bell Overtime" CNBC International, Selasa (22/3/2022). Tingginya inflasi di Amerika Serikat, plus bank sentral AS (The Fed) yang akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini menjadi salah satu faktor yang bisa menyebabkan resesi. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di bulan Februari melesat 7,9% year-on-year (yoy) tertinggi sejak Januari 1982. Sementara yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dilaporkan tumbuh 6,4% (yoy) menjadi yang tertinggi sejak Agustus 1982. Sementara itu inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang menjadi acuan The Fed tumbuh 6,4% (yoy) di bulan Januari, dan inflasi inti PCE sebesar 5,4% (yoy). Inflasi PCE tersebut menjadi yang tertinggi dalam nyaris 40 tahun terakhir. Jika ramalan ini jadi kenyataan, ekonomi dunia akan tumbang dan harga emas bisa terbang. Sebab saat resesi, minat investor untuk emas sebagai aset safe haven akan tinggi. Hal ini yang kemudian membuat emas dunia melambung. Kondisi serupa pernah terjadi saat 2008, saat itu harga emas dunia di pasar spot meroket 50,6% antara September 2010 dan 2011. Harga emas dunia mencapai US$ 1.917,9/troy ons dan jadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Begitu juga pada tahun 2020 saat Covid-19 melanda, harga emas dunia melambung hingga tembus US$ 2.072/troy ons. Begitu juga emas Antam yang tembus Rp 1.074.714/gram. Sebagai informasi, harga emas Antam mengacu pada harga emas dunia. Saat harga emas dunia melambung, harga emas Antam mengikuti. Berdasarkan historis, ketika harga emas berada di atas level US$ 2.000/troy ons, harga emas Antam akan naik mengikuti ke level Rp 1.000.000/gram. Read More EWF PRO - Portal News
0 Comments
Leave a Reply. |
OFFICIAL WEBSITEPT Equityworld FuturesProfil Perusahaan Landasan Hukum Badan Pengawasan Perdagangan Contact Us AuthorSemangat manggapai sukses. Archives
April 2022
Categories
All
|